MAKALAH PANGAN FUNGSIONAL Roll Jelly Daun Nangka Sebagai Antioksidan
MAKALAH PANGAN FUNGSIONAL
Roll Jelly Daun Nangka Sebagai
Antioksidan

Disusun Oleh :
Kelompok 3 (2E)
1.
Annisa Aulia
Fitriana 1720134
2.
Brifani Diana
Anwar 1720137
3.
Dandi Baharudin
Ahmady 1720143
4.
Faarij Abdul
Aziz 1720155
5.
Fachri Ichsandi 1720147
6.
Meranti Fauziah
Ramadhani 1720170
PENJAMINAN MUTU INDUSTRI PANGAN
POLITEKNIK AKA BOGOR
2019
Puji syukur kami
panjatjan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami bias menyelesaikan
makalah yang berjudul “Roll Jelly Daun Nangka sebagai Produk Pangan
Fungsional”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pangan
fungsional .
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Bogor, Mei 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….……1
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………………………2
1.3 Maksud
dan Tujuan Praktik……………………………………………………….2
1.4 Manfaat
Praktik……………………………………………………………………3
BAB
II TINJAUN TEORI……………………………………….…………………..4
2.1 Pangan
Fungsional……………………………………………...…………………4
2.2 Tanaman
Nangka…………………………………………………………………..4
2.3 Toksonomi Tanaman
Nangka……………………………………………………..4
2.4 Manfaat Tanaman
Nangka………………………………………………………...5
2.5 Kandungan Kimia Daun
Nangka………………………………………………….5
2.6 Roll Jelly…………………………………………………………………………..7
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………..8
3.1 Uji Fitokimia………………………………………………………………………8
3.2 Analisis Total Fenol……………………………………………………………….9
3.3 Anlisis Aktivitas Antioksidan…………………………………………………….10
3.4 Roll Jelly Daun Nangka…………………………………………………………..11
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………..………………………..13
4.1 Uji Fitokimia……………………………………………………………………..13
4.2 Analisis Total Fenol………………………………………...……………………14
4.3 Analisis Aktivitas Antioksidan……………………………………………….…..15
4.4 Produk Roll Jelly Daun Nangka………………………………………………….18
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN……………………….……………………20
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………20
5.2 Saran……………………………………………………………………………..20
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………….21
LAMPIRAN……………………..………………………………………………….22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Makanan
fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun telah diproses, mengandung
satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap
mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan (BPOM, 2004).
Makanan fungsional didefinisikan sebagai pangan dengan kandungan alami maupun
yang ditambahkan dan dapat memenuhi manfaat kesehatan tergantung dari nilai
kandungan gizi pangan tersebut. Untuk dapat dikategorikan sebagai makanan
fungsional, maka pangan haruslah bisa dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan
dengan karakteristik sensori seperti warna, aroma yang dapat diterima oleh
konsumen serta tidak memberikan kontradiksi maupun efek terhadap metabolisme
zat gizi lainnya pada jumlah penggunaan yang dianjurkan (Ningrum, 2012).
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menangkal
atau meredam efek negatif oksidan dalam tubuh (Ramadhan, 2015). Antioksidan
endogen berdasarkan sumbernya terdiri dari dua golongan yaitu antioksidan
sintetik dan antioksidan alami. Hasil penelitian Amarowicz dkk (2000)
menyatakan bahwa penggunaan bahan sintetis seperti butil hidroksil anisol
(BHA), butil hidroksil toluene (BHT), tert-butil hidroksil quinon (TBHQ) dan
propil galat dapat meningkatkan resiko penyakit kanker. Untuk mencegah timbulnya
suatu penyakit, maka konsumsi antioksidan alami harus ditingkatkan karena
antioksidan alami relatif aman. Antioksidan alami dapat berupa vitamin C,
vitamin A, vitamin E, kartenoid, senyawa fenolik dan polifenolik seperti
golongan flavonoid.
Senyawa-senyawa antioksidan alami biasanya terdapat
dalam daun, bunga, buah dan sayur bagian-bagian dari tanaman. Bagian daun
nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) dapat digunakan sebagai antioksidan
alami karena mengandung metabolit sekunder. Hasil skrining fitokimia ekstrak
daun nangka terdapat beberapa senyawa yaitu flavonoid, alkaloid, saponin,
steroid, dan tanin (Marianne dkk, 2011).
Dari kekurangan
daun nangka tersebut maka dibuat roll jelly yang memiliki rasa manis keasaman
sehingga dapat menghilangkan rasa pahit dari daun nangka. Roll jelly dibuat
dengan mengganti air yang digunakan dengan ekstrak daun nangka. Dalam pembuatan
makanan fungsional ini harus ditentukan perbandingan yang tepat antara sari
daun nangka dengan lemon dan gula. Perbandingan yang dilakukan bertujuan untuk
menghasilkan produk makanan fungsional yang enak dan dapat diterima oleh
konsumen.
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian tentang perbandingan
antara ekstrak daun nangka yang ditambahkan dengan bahan baku puding sehingga
dihasilkan pangan fungsional yang dapat dikonsumsi masyarakat.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
hasil identifikasi komponen bioaktif pada daun nangka ?
2. Bagaimana
pengaruh konsentrasi ekstrak daun nangka terhadap karakteristik sensoris roll
jelly daun nangka?
3. Bagaimana
formulsi yang paling tepat untuk membuat roll jelly daun nangka?
1.3 Maksud
dan Tujuan Praktik
Maksud
dari praktik adalah untuk mengetahui komponen bioaktif yang terdapat dalam daun
nangka serta menentukan perbandingan atau formulasi makanan fungsional yang
tepat dengan cara mengoptimalkan pengggunaan bahan baku daun nangka.
Tujuan
dari praktik ini adalah untuk menghasilkan makanan fungsional yang memiliki
khasiat bagi kesehatan, untuk mengetahui bagaimana pengaruh konsentrasi ekstrak
daun nangka terhadap produk makanan fungsional.
1.4 Manfaat
Praktik
Manfaat dari praktik ini adalah
sebagai berikut :
1. Praktik
ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
diversifikasi jenis makanan fungsional yang berbasis daun nangka
2. Praktik ini diharapkan memiliki manfaat untuk ilmu
pengetahuan karena dapat memberikan informasi peningkatan food fungsional yang
dapat memberikan dampak kesehatan bagi tubuh
karena zat-zat yang terkandung didalamnya.
3. Praktik
ini diharapkan memberikan informasi tersendiri terhadap penulis mengenai
pengaruh daun nangka, sebagai makanan fungsional. Serta memeberikan informasi
mengenai pengolahan yang baik dan benar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pangan
Fungsional
Definisi pangan
fungsional menurut Badan
POM adalah pangan
yang secara alamiah maupun telah
melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang
berdasarkan kajian-kajian ilmiah
dianggap memunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu
yang bermanfaat bagi
kesehatan. Bahan pangan
fungsional dapat dikonsumsi
sebagaimana layaknya makanan
atau minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa
penampakan, warna, tekstur dan cita rasa
yang dapat diterima oleh konsumen. Selain itu, bahan tersebut tidak
memberikan kont radiksi dan tidak
menimbulkan efek samping
pada jumlah penggunaan
yang dianjurkan terhadap
metabolisme zat gizi lainnya (Astawan, 2003). International Life Science
Institute of North
America mendefinisikan
pangan fungsional sebagai
makanan yang berdasarkan kandungan senyawa
atau komponen aktifnya
secara fisiologi dapat memberikan
manfaat kesehatan di
luar zat gizi
dasarnya (Keservani et al., 2010).
2.2 Tanaman
Nangka (Artocarpus heterophyllus
Lamk)
Tanaman nangka
(Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman tropis yang banyak tumbuh
di Indonesia. Tanaman nangka berbuah sepanjang tahun ini jika dirawat dengan
baik dan tidak ada kemarau yang terlalu panjang.
2.3 Taksonomi
Tanaman Nangka
Dalam sistem
matika tumbuhan, tanaman nangka (jackfruit)
diklasifikasikan sebagai berikut :
Devisi :
Spermatopyta (tumbuhan berbiji)
Sub-devisi :
Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas :
Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo :
Morales
Famili :
Moraceae
Genus :
Artocarpus
Spesies :
Artocarpus heterophylla Lamk
2.4 Manfaat
Tanaman Nangka
Hampir semua
bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Selain buah yang merupakan produk
utamanya, bagian akar, batang, daun, bakal buah bahkan kulitnya pun dapat
dimanfaatkan. Bijinya enak dimakan setelah direbus dan dapat diolah menjadi
tepung yang digunakan sebagai bahan baku industry makanan. Mineral mikro dan
tembaga dalam nangka juga efektif untuk metabolism tiroid. Hal ini sangat baik
untuk memproduksi hormone dan penyerapan. Kandungan zat besi pada buah yang
berserat ini membantu mencegah anemia dan meningkatkan sirkulasi darah dalam
tubuh. Dengan phytonutrisi dan vitamin C, nangka memiliki sifat anti kanker dan
anti penuaan. Nutrisi ini bisa menjauhkan diri dari bahaya kanker dan
memperlambat degenerasi sel untuk mencegah tubuh dari penyakit degenerative.
Kandungan kalsium dan fosfornya yang tinggi membantu dalam pembentukan tulang
dan gigi.
2.5 Kandungan
Kimia Daun Nangka
Senyawa-senyawa
antioksidan alami biasanya terdapat dalam daun, bunga, buah dan sayur
bagian-bagian dari tanaman. Bagian daun nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.)
dapat digunakan sebagai antioksidan alami karena mengandung metabolit sekunder.
Hasil skrining fitokimia ekstrak daun nangka terdapat beberapa senyawa yaitu
flavonoid, alkaloid, saponin, steroid, dan tanin (Marianne dkk, 2011).
1. Tanin
Tanin merupakan kelompok besar dari
senyawa komplek yang tersebar hampir pada semua tumbuhan dan biasanya terdapat
pada bagian daun, buah, akar serta batang. Secara kimia, tanin merupakan
senyawa komplek yang tersusun dari polifenol yang sukar dipisahkan dan tidak
membentuk kristal. Tanin dan senyawa turunannya bekerja dengan jalan menciutkan
selaput lendir pada saluran pencernaan dan di bagian kulit yang luka. Pada
perawatan untuk luka bakar, tannin dapat mempercepat pembentukan jaringan yang
baru sekaligus dapat melindunginya dari infeksi atau sebagai antiseptik (Tyler,
et al.,1976).
2. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat
tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencangkup senyawa yang
bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam
gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering sekali beracun
bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi
digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.
Alkaloid yang paling umum adalah
asam amino. Secara kimia alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Fungsi
alkaloid dalam tumbuhan masih sangat kabur, meskipun masin-masing senyawa telah
dinyatakan terlibat sebagai pengatur tumbuh, atau penghalau atau penarik
serangga (Harborne, 1987).
3. Saponin
Senyawa golongan ini banyak
terdapat pada tumbuhan tinggi. Saponin adalah suatu glikosida yang bila
dihidrolisa menghasilkan bagian aglikon yang disebut sapogenin dan bagian
glikon. Saponin merupakan senyawa dengan rasa yang pahit dan mampu membentuk larutan
koloidal dalam air serta menghasilkan busa jika dikocok dalam air. Senyawa ini
dapat mengiritasi membran mukosa dan pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan
hemolisa darah merah. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan dari larutan
berair sehingga dalam bidang farmasi digunakan sebagai penstabil sediaan
suspensi (Tyler, et al., 1976).
4. Steroid
Steroid adalah triterpenoid yang
kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren. Uji yang biasa
digunakan adalah reaksi Lieberman Bourchard yang dengan kebanyakan triterpen
dan steroid memberikan warna hijau biru (Harborne, 1987).
5. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu
golongan fenol alam yang tersebar luas pada tumbuhan hijau dan mengandung 15
atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu
dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau
tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1988).
Senyawa flavonoid dalam tumbuhan
dapat terikat dengan gula atau tanpa gula. Flavonoid yang terikat dengan gula
disebut glikosida, sedangkan flavonoid yang tidak terikat dengan gula disebut
aglikon. Flavonoid dapat berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan
antiinflamasi (Harborne, 1987).
2.6 Roll
Jelly
Roll jelly
adalah makanan yang berbentuk bulat memiliki teksture kenyal dan manis dimana
bahan baku yang digunakan adalah gula, agar-agar, vanili. Proses pembuatan roll
jelly mengandalkan reaksi karamelisasi dimana semua bahan bila dipanaskan
dengan api kecil akan mengental lalu dituang dalam loyang dan digulung hingga
berbentuk bulat.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Uji Fitokimia
Waktu : Kamis, 11 April 2019
Tempat : Laboratorium Pangan
Politeknik AKA Bogor
Metode
Penelitian : Penelitian
Eksperimental
Alat
dan Bahan :
-
Alat
Gelas kimia, gelas ukur, pipet
tetes, pipet volume, spatula, tabung reaksi, dan timbangan analitik.
-
Bahan
Etanol, amil alkohol, anhidrat
asetat, HCl 2N, H2SO4, kloroform, pereaksi Meyer,
pereaksi Wagner, dan sampel (serbuk simplisia daun nangka).
Cara
Kerja :
a. Uji
Alkaloid
1. Sebanyak
0,5 g sampel dilarutkan ke dalam asam sulfat 2N.
2. Sampel
yang telah dilarutkan diberi pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner.
3. Diamati
perubahan warna yang terjadi dan terbentuknya endapan.
b. Uji
Steroid
1. Sebanyak
0,5 g sampel dilarutkan ke dalam 2 mL kloroform.
2. Sampel
yang telah dilarutkan diberi 10 tetes anhidrida asetat dan 3 tetes asam sulfat
pekat.
3. Perubahan
warna diamati.
c. Uji
Flavonoid
1. Sebanyak
0,5 g sampel diberi serbuk magnesium 0,1 mg (seujung sendok).
2. Sebanyak
0,4 mL amil alkohol dan 4 mL alkohol ditambahkan ke dalam sampel yang telah
diberi bubuk magnesium.
3. Perubahan
warna diamati.
d. Uji
Saponin
1. Sampel
sebanyak 0,5 g dilarutkan dengan asam klorida 2N.
2. Larutan
sampel kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit.
3. Diamati
ada tidaknya busa.
e. Uji
Fenol Hidrokuinon
1. Sampel
sebanyak 3 g diekstrak dengan 30 mL etanol 70% dan didiamkan 30 menit.
2. Sebanyak
1 mL hasil ekstraksi diambil dan diberi 2 tetes FeCl3 5%. Perubahan
warna diamati
3.2
Analisis Total Fenol
Waktu :
Kamis, 11 April 2019
Tempat
:
Laboratorium Pangan Politeknik AKA Bogor
Metode
Penelitian : Penelitian Eksperimental
Alat
dan Bahan :
-
Alat
Labu takar 100 mL, buret, tabung
reaksi, penangas air, mikro pipet, pipet tetes, neraca analitik, kertas saring,
dan spektrofotometer UV-Visible
-
Bahan
Sampel (serbuk simplisia daun), Na2CO3,
pereaksi Folin-Ciocalteu, dan air suling.
Cara kerja :
a. Pembuatan
Standar Induk Fenol 100 ppm
1. Ditimbang
0,01 g asam galat.
2. Dilarutkan
dan ditera dengan air suling.
3. Dihomogenkan.
b. Pembuatan
Deret Standar Fenol
1. Dipipet
0, 2, 4, 6, dan 8 mL standar induk fenol 100 ppm, dan dimasukkan ke labu takar
100 mL.
2. Ditera
dan dihomogenkan dengan air suling.
3. Dibaca
dengan spektorfotometer UV-Visible (panjang gelombang 765 nm).
c. Sampel
1. Ditimbang
sampel 10 g, kemudian direbus dengan 50 mL air suling.
2. Sampel
yang telah direbus disaring dengan kertas saring.
3. Dipipet
1 mL sampel lalu dimasukkan ke labu takar 100 mL, ditera dengan air suling dan
dihomogenkan.
4. Dipipet
dengan mikropipet sebanyak 50 μL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
5. Ditambahkan
2 mL pereakis Folin-Ciocalteu dan 2,5 mL Na2CO3.
6. Didiamkan
15 menit pada suhu 45 °C.
7.
Diamati dengan spektrofotometer
UV-Visible (panjang gelombang 765 nm).
3.3
Analisis Aktivitas Antioksidan
Waktu : Kamis, 18 April 2019
Tempat
: Laboratorium Pangan
Politeknik AKA Bogor
Metode
Penelitian : Penelitian Eksperimental
Alat
dan Bahan :
-
Alat
Beaker gelas, penangas air,
penjepit tabung reaksi, pipet tetes, pipet ukur, rak tabung reaksi,
spektrofotometri, tabung rekasi dan vortex.
-
Bahan
Aquadest, DPPH, serbuk simplisia
daun nangka, methanol.
Cara Kerja :
a. Standar
Induk Sampel
1. Ditimbang
25 mg serbuk simplisia daun nangka
2. Dimasukkan
kedalam labu takar 50 mL
3. Dilarutkan
menggunakan methanol.
b. Pembuatan
deret
1. Dipipet
50µL, 100 µL, 250 µL, 500 µL dan 1000 µL dari larutan standar induk sampel
2. Dimasukkan
kedalam tabung reaksi ulir
3. Ditambahkan
3750 µL methanol
4. Ditambahkan
1 mL DPPH
5. Diamkan
selama 30 menit
6. Kemudian
ukur pada alat spektrofotometri uv vis dengan panjang gelombang 517 nm.
3.4
Roll Jelly Daun Nangka
Waktu : Kamis, 02 Mei 2019
Tempat
: Laboratorium Pangan
Politeknik AKA Bogor
Metode
Penelitian : Penelitian Eksperimental
Alat
dan Bahan :
-
Alat
Panci, gelas, kertas saring,
sendok, kompor dan loyang.
-
Bahan
Agar-agar merk swallow, gula, air,
serbuk simplisia daun nangka, vanili dan lemon.
Cara
Kerja :
a. Formulasi
1 (konsentrasi 500 ppm)
1. Ditimbang
serbuk simplisia daun nangka sebanyak 0,1 gram
2. Dilarutkan
dengan air panas 200 mL sampai warnanya berubah menjadi sedikit kecoklatan dan
disaring ekstrak daun nangka menggunakan kertas saring.
3. Dimasukkan
kedalam panci berukuran kecil, kemudian ditambahkan 60 gram gula, 1,2 gram
agar-agar, ekstrak daun nangka sebanyak 200 mL dan vanili secukupnya.
4. Diaduk
hingga merata dan dimasak pada kecil hingga mendidih dan teksturenya mengental.
5. Setelah
mengental, dicetak roll jelly pada loyang dan diamkan hingga dingin.
6. Digulung
roll jelly yang sudah dingin lalu dimasukkan ke freezer selam 10-20 menit.
7. Setelah
dingin, dipotong kecil-kecil dan masukkan kedalam cup kecil.
b. Formulasi
2 (konsentrasi 1200 ppm)
1. Ditimbang
serbuk simplisia daun nangka sebanyak 0,24 gram
2. Dilarutkan
dengan air panas 200 mL sampai warnanya berubah menjadi sedikit kecoklatan dan
disaring ekstrak daun nangka menggunakan kertas saring.
3. Dimasukkan
kedalam panci berukuran kecil, kemudian ditambahkan 60 gram gula, 1,2 gram
agar-agar, ekstrak daun nangka sebanyak 200 mL dan vanili secukupnya.
4. Diaduk
hingga merata dan dimasak pada kecil hingga mendidih dan teksturenya mengental.
5. Setelah
mengental, dicetak roll jelly pada loyang dan diamkan hingga dingin.
6. Digulung
roll jelly yang sudah dingin lalu dimasukkan ke freezer selam 10-20 menit.
7. Setelah
dingin, dipotong kecil-kecil dan dimasukkan kedalam cup kecil.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Uji
Fitokimia
Uji kualitatitif
fitokimia pada daun nangka dilakukan
dengan menambahkan pereaksi spesifik pada simplisia kering daun nangka . Komponen-komponen bioaktif yang
diuji yaitu alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, dan fenol
hidrokuinon. Hasil uji fitokimia pada daun jambu biji berdasarkan praktik yang
telah dilakukan terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji fitokimia daun
nangka
Serbuk
Simplisia Kering
|
|||||
Uji
alkaloid: Mayer
|
Uji
alkaloid: Wagner
|
Uji
steroid / triterpenoid
|
Uji
flavonoid
|
Uji
saponin
|
Uji
fenol hidrokuinon
|
Terbentuk endapan putih
(+)
|
Terbentuk
warna coklat
(+)
|
-
|
Tidak terjadi perubahan warna
(-)
|
Tidak
terdapat busa
(-)
|
Tidak terjadi perubahan warna
(-)
|
Berdasarkan
praktik uji kualitatif fitokimia dari daun nangka yang dilakukan, menunjukkan bahwa
daun nangka
positif
mengandung golongan alkaloid
tetapi, tidak menunjukkan adanya senyawa flavonoid, steroid/triterpenoid senyawa saponin dan fenol hidrokuinon. Hal ini dapat dilihat dari hasil percobaan dengan
menggunakan pereaksi Mayer dan Wagner. Pada uji alkaloid dengan menggunakan
pereaksi Mayer mengasilkan hasil positif yakni terbentuknya endapan putih.
Sedangkan untuk uji flavonoid dengan menggunakan pereaksi Wagner yakni dengan
terbentuknya warna coklat yang menandakan pada uji tersebut memiliki hasil
positf. Hal ini sesuai dengan jurnal FMIPA Potensi Ekstrak Daun Nangka dari
Universitas Udayana Bali, Indonesia. Dalam jurnal tersebut dituliskan bahwa
ekstrak daun nangka yang mereka teliti dengan menggunakan ekstrak n heksan,
etil asetat dan etanol positif terhadap uji flavonoid. Tujuan dilakukannya uji
fitokimia ini sendiri yakni untuk memastikan ada tidaknya kandungan senyawa
fitokimia pada suatu sampel uji. Analias kualitatif ini penting untuk dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan identifikasi akibat kesamaan sifat komponen lain
yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji kualitatif uji
fitokimia terhadap sampel untuk mengetahui komponen bioaktif yang terkandung
didalamnya. Namun apabila ingin mendapatkan hasil uji yang lebih akurat dapat pula
melakukan uji analisis kuantitatif yang akan menghasilkan nilai yang lebih
cermat daripada analisis kualitatif yang hanya mengandalkan visualisasi
sehingga tidak terlihat jelas adanya senyawa alkaloid, steroid/triterpenoid dan
saponin pada saat uji fitokimia dilakukan.
4.2
Analisa Total Fenol
Analisis total
fenol pada daun nangka
dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode Follin-Ciocalteu yang diukur
dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Metode ini didasarkan pada
pembentukan senyawa kompleks yang berwarna biru dari
fosfomolibdat-fosfotungstat yang direduksi senyawa fenolik dalam suasana basa.
Kadar total fenol yang didapatkan, dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat atau
Gallic Acid Equivalent (GAE). Kadar
total fenol daun nangka
didapatkan dengan membandingkan absorbansi sampel dengan absorbansi dari deret
satandar melalui persamaan
regresi linear. Deret standar yang digunakan pada praktik yaitu 0,2,4,6,8 (mg GAE/L).
Grafik deret standar asam galat

Berdasarkan
grafik linearitas deret standar asam galat diatas, dapat dihitung kadar TPC
(Total Phenol Content) pada daun nangka yaitu sebesar 3.9234 mg GAE/g. Kadar total fenol yang
didapatkan pada saat praktik memang
cukup tidak significan hasilnya hal ini mungkin disebabkan karena pada
praktikum kami mengulangnya hingga 2 kali percobaan, pada percobaan pertama
pada sampel kami tidak masuk rentang yang telah ditetapkan dikarenakan sampel
daun nangka yang kami gunakan terlalu pekat sehingga kami harus mengencerkan
sampel daun nangka tersebut untuk keesokan harinya agar dapat diteliti dan
masuk rentang yang telah ditetapkan. Hal ini dapat juga disebabkan oleh pelarut
yang kita gunakan, karena kami hanya menggunakan pelarut yang hanya disediakan
di laboratorium saja.
4.3
Analisis Aktivitas Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat
radikal bebas dengan berperan sebagai donor H terhadap radikal bebas, sehingga
terbentuk senyawa yang lebih stabil (harborne,2009). Antioksidan endogen
berdasarkan sumbernya terdiri dari dua golongan yaitu antioksidan sintetik dan
antioksidan alami. Hasil penelitian amarowicz dkk (2000) menyatakan bahwa
penggunaan bahan sintetis seperti BHA, BHT, TBHQ dan propil galat dapat
meningkatkan resiko kanker. Untuk mencegah timbulnya suatu penyakit, maka
konsumsi antioksidan alami harus ditingkatkan karena antioksidan alami relatif
aman. Antioksidan alami dapat berupa vit C, A, E, karetonoid,senyawa
fenolik,dan polifenolik seperti pada golongan flavonoid. Senyawa antioksidan
alami biasanya terdapat pada dalam bunga,daun,buah
dan sayur sayuran. Bagian daun nangka dapat digunakan sebagai antioksidan alami
karena menggunakan metabolit sekunder. Deret Standar (sampel
daun nangka) sebagai berikut :
Konsetrasi (mg/L)
|
Abs
|
0
|
0,2870
|
5
|
0,1809
|
10
|
0,2488
|
25
|
0,2015
|
50
|
0,1319
|
100
|
0,1251
|
Grafik
aktivitas antioksidan padan daun nangka

Kapasitas
antioksidan dalam %inhibisi
Abs blanko
(P0)
|
Abs sampel
(P1)
|
Kapasitas antioksidan (%)
|
0,2870
|
0,1809
|
36,99
|
0,2870
|
0,2488
|
13,31
|
0,2870
|
0,2015
|
29,79
|
0,2870
|
0,1391
|
51,53
|
0,2870
|
0,1251
|
56,41
|
Dapat
dilihat dari kurva standar hasil pengukuran daun nangka menggunakan metode DPPH
0,4 mM dengan pelarut methanol menggunakan spektrofotometri visible dengan
panjang gelombang 517 nm. Dapat dilihat
bahwa seiring dengan penambahan ekstrak ke dalam larutan DPPH 0,4 mM, nilai
absorbansi DPPH mengalami penurunan dibandingkan dari absorbansi blanko.
Penurunan absorbansi disebabkan tereduksinya molekul DPPH oleh senyawa
antioksidan dalam ekstrak. Penurunan absorbansi juga diikuti dengan
berkurangnya intensitas warna ungu dari larutan DPPH. Nilai IC50 yang
diperoleh pada ekstrak sebesar 72,7179 mg/L.
Hasil IC50 yang tercantum pada jurnal berbeda
dengan hasil pengujian di lab. Untuk hasil pada jurnal nilai IC50
pada ekstrak dengan pelarut etanol diperoleh sebesar 12,88 mg/L dan disana
menunjukan bahwa kadar antioksidan dalam daun nangka sangat kuat tetapi beda
hal dengan pengujian di lab yang menghasilkan bahwa IC50 sebesar
72,7179 mg/L yang menunjukan kadar antioksidan pada daun nangka yaitu lemah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengujian seperti waktu inkubasi
dan pereaksiaan yang kurang sempurna karena warna unggu sebelum pengukuran pada
konsentrasi terbesar tidak terlihat perubahan warna kuning yang sangat
signifikan dan adanya kesalahan dalam preparasi.
4.4
Produk Roll Jelly Daun Nangka
Berdasarkan
hasil dari pengujian komponen bioaktif pada daun nangka maka dibuat produk pangan
fungsional yaitu roll jelly.
Pemilihan roll jelly sebagai
produk makanan fungsional dikarenakan selain memiliki kandungan gizi makro dari
agar-agar dan jeruk lemon juga
terdapat komponen bioaktif yang didapatkan dari ekstrak daun nangka Selain itu, roll jelly yang memiliki rasa relatif asam manis diharapkan dapat menghilangkan
rasa khas dari daun nangka.
Roll jelly daun nangka dibuat dalam dua formulasi berbeda, dengan variable
bebas konsentrasi ekstrak daun nangka yang ditambahkan sedangkan variable
terikat karakterisitik sensoris roll
jelly pada tiap-tiap konsentrasi. Formulasi pertama
yiatu penambahan ekstrak daun nangka
dengan konsentrasi 500 ppm
, formulasi kedua penambahan ekstrak daun nangka dengan konsentrasi 1200ppm. Kemudian dilakukan uji kesukaan
atau hedonik oleh panelis terhadap kedua
roll jelly dengan formulasi tersebut sehingga didapatkan hasil
roll jelly yang paling dapat
diterima oleh masyarakat.
Pemilihan produk
roll jelly dengan unsur daun nangka yang bertujuan sebagai makanan yang sehat
yang dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan dari mulai anak-anak, remaja
maupun dewasa. Dimana khasiat anti oksidannya sudah bercukupi dalam produk
tersebut serta dapat menghambat sel kanker dan tidak akan menyebakan diabetes
karena sudah di kombinasikan dengan rasa asam dari lemon untuk menekan rasa
manis yang berlebih. Diharapkan produk roll jelly daun nangka ini dapat
diterima oleh kalangan masyarakat sebagai cemilan sehat.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari
data yang didapatkan diketahui bahwa daun nangka mengandung zat bioaktif
golongan alkaloid tetapi tidak menunjukkan adanya senyawa fenol, flavonoid, steroid/triterpenoid
dan senyawa saponin. Didapatkan hasil kadar daun nangka memiliki total fenol
sebesar 3,9243 mg GAE/g. Dilakukan pula analisis aktivitas antioksidan dalam
perhitungan IC50 maka didapat pada konsentrasi 72,7179 mg/L sudah terdapat
aktivitas antioksidan yang cukup.
5.2
Saran
.
Pada uji fitokimia data yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur yang ada,
maka dari itu seharusnya penetapan yang dilakukan telah sesuai cara analisisnya
dan daun nangka yang digunakan pun
haruslah yang masih segar agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur
yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Amarowicz, R., Naczk, M., and Shahidi, F., 2000,
Antioxidant Activity of Crude Tannins of Canola and Rapeseed Hulls, JAOCS, 77:
957-961
Marianne, Yuandani, dan Rosnani, 2011, Antidiabetic
Activity From Ethanol Extract Of Kluwih’s Leaf (Artocarpus Camansi), Jurnal
Natural, 11 (2): 64-68
Murray R.K., Granner D.K., and Rodwell V.W., 2009,
Biokimia Harper, Diterjemahkan Oleh Andri Hartono, Edisi 27, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta
Nasution, H., dan Rahmah, M., 2014, Pengujian
Antiradikal Bebas Difenilpikril Hidrazil (DPPH) Ekstrak Etil Asetat Daun Nangka
(Artocarpus heterophyllus Lam.), J. Sains Dasar, 3 (2): 134-141
Omar, S.H., El-Beshbishy, H.A., Moussa, Z., Taha,
K.F., and Singab, A.N.B., 2011, Antioxidant Activity of Artocarpus
heterophyllus Lam. (Jack Fruit) Leaf Extracts: Remarkable Attenuations of
Hyperglycemia and Hyperlipidemia in Streptozotocin-Diabetic Rats, The
Scientific Word Journal, 788-800
LAMPIRAN
A.
Perhitungan Kadar Total Fenol
Absorbansi
(abs)
|
Total
Fenol (mg GAE/g)
|
||
Standar
|
Sampel
|
||
0
ppm
|
0,0103
|
0,1625
|
3,9481
|
2
ppm
|
0,0762
|
||
4
ppm
|
0,1262
|
||
6
ppm
|
0,1599
|
||
8
ppm
|
0,2229
|
Persamaan Regresi : 

Konsentrasi Terukur 

TPC


B.
Perhitungan Aktivitas Antioksidan
Kapasitas
antioksidan dalam %inhibisi
Abs blanko
(P0)
|
Abs sampel
(P1)
|
Kapasitas antioksidan (%)
|
0,2870
|
0,1809
|
36,99
|
0,2870
|
0,2488
|
13,31
|
0,2870
|
0,2015
|
29,79
|
0,2870
|
0,1391
|
51,53
|
0,2870
|
0,1251
|
56,41
|




Perhitungan IC50

IC50 =

IC50 = 72,7178 mg/L
C.
Dokumentasi Praktik Uji Fitokimia,
Antioksidan dan Fenol




D.
Dokumentasi Praktik Pembuatan Roll Jelly








Komentar
Posting Komentar