Sediaan Tablet Compressi (materi dasar)
A. Pengertian
Tahapam pembuatan salut gula :
Waktu hancur tablet salut enterik
4. Kekerasan Tablet (FI ed. III)
Menurut FI edisi IV
Tablet
adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah
tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk tablet,
umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar, segitiga, lonjong dan
sebagainya.
Warna
tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat
aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan warna dengan
maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan, membedakan tablet
yang satu dengan tablet yang lain.
Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang terkandung, jumlah zat aktif (zat berkhasiat) tiap tablet.
Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang terkandung, jumlah zat aktif (zat berkhasiat) tiap tablet.
B. Penggolongan
1. Berdasarkan metode pembuatan :
a. Tablet cetak
b. Tablet kempa
b. Tablet kempa
a. Tablet cetak
Dibuat
dari bahan obat dan bahan pengisi umumnya mengandung laktosa dan serbuk
sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk yang lembab ditekan
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan
dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus hati - hati
dalam pengemasan dan pendistribusian.
b. Tablet kempa
Dibuat
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan
cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung bahan zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan pewarna dan lak yang diizinkan bahan pengaroma dan bahan pemanis.
2. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh :
Dibedakan menjadi 2 bagian :
a. Bekerja lokal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut. Ovula pengobatan pada infeksi divagina.
b. Bekerja sistemik : peroral.
Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :
Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :
1) Yang bekerja short acting (jangka pendek), dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan tablet.
2) Yang
bekerja long acting (jangka panjang), dalam satu hari cukup menelan
satu tablet. Long acting ini dapat dibedakan lagi menjadi :
a) Delayed Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penangguhan pelepasan zat berkhasiat karena pembuatannya sebagai berikut sebelum dicetak granul - granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa - apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, Kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari mecamnya bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki granul - granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
Dalam tablet ini terjadi penangguhan pelepasan zat berkhasiat karena pembuatannya sebagai berikut sebelum dicetak granul - granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa - apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, Kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari mecamnya bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki granul - granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
b) Repeat Action Tablet (RAT)
Granul - granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul - granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.
Granul - granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul - granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.
3. Berdasarkan jenis bahan penyalut
Macam - macam tablet salut :
a. Tablet
salut biasa / salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi
dalam air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium
karbohidrat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom
akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan lama
dan perlu penyalut tahan air.
Tahapam pembuatan salut gula :
1) Penyalutan dasar (subcoating)
Dilakukan jika tablet mengandung zat yang hygroskopis, menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air dari subcoating syrup tidak masuk kedalam tablet.
Dilakukan jika tablet mengandung zat yang hygroskopis, menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air dari subcoating syrup tidak masuk kedalam tablet.
2) Melicinkan (smoothing)
Adalah proses agar tablet menjadi bulat dan licin, menggunakan smoothing syrup.
Adalah proses agar tablet menjadi bulat dan licin, menggunakan smoothing syrup.
3) Pewarnaan (coloring)
Dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampur pada sirup pelicin.
Dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampur pada sirup pelicin.
4) Penyelesaian (finishing)
Proses terakhir dari penyalutan tablet, yaitu pengeringan salut sehingga terbentuk hasil akhir yang licin.
Proses terakhir dari penyalutan tablet, yaitu pengeringan salut sehingga terbentuk hasil akhir yang licin.
5) Pengilapan (polishing)
Yaitu proses yang menghasilkan tablet salut menjadi mengkilap, dengan menggunakan cera.
Yaitu proses yang menghasilkan tablet salut menjadi mengkilap, dengan menggunakan cera.
b. Tablet
salut selaput (film coated tablet / FCT) disalut dengan hidroksipropil
metilselulosa, metil selulosa, hidros propil selulosa, Na-cmc dan
campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air
atau mengandung air.
c. Tablet
salut kempa : tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat laim yang
cocok.
d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet) disebut juga tablet lepas tunda.
Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
e. Tablet
lepas lambat (sustained release), disebut juga tablet dengan efek
diperpanjang, efek pengulangan atau tablet lepas lambat.
Dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
Dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
Tujuan penyalutan tablet adalah :
a. Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara, kelembaban atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
4. Berdasarkan cara pemakaian
a. Tablet biasa / tablet telan
dibuat tanpa penyalutan, digunakan peroral dengan cara ditelan, pecah dilambung.
dibuat tanpa penyalutan, digunakan peroral dengan cara ditelan, pecah dilambung.
b. Tablet kunyah (chewable tablet)
bentuk seperti tablet biasa, digunakan dengan cara dikunyah dalam mulut kemudian ditelan, rasanya umumnya tidak pahit.
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut.
bentuk seperti tablet biasa, digunakan dengan cara dikunyah dalam mulut kemudian ditelan, rasanya umumnya tidak pahit.
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut.
c. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles)
adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan - lahan dalam mulut.
adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan - lahan dalam mulut.
d. Tablet larut (effervescent tablet)
dibuat dengan cara kempa : selain zat aktif junga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
dibuat dengan cara kempa : selain zat aktif junga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
e. Tablet implantasi (pelet)
tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersih hormon steroid, dimasukkan ke dalam kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit.
tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersih hormon steroid, dimasukkan ke dalam kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit.
f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet)
adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
g. Tablet bukal (buccal tablet)
digunakan dengan meletakan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
digunakan dengan meletakan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
h. Tablet sublingual
digunakan dengan cara meletakan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin.
digunakan dengan cara meletakan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin.
i. Tabldt vagina (ovula)
adalah sediaan padat, umumnya berbentuk telur mudah melemah (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khasus untuk vagina.
adalah sediaan padat, umumnya berbentuk telur mudah melemah (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khasus untuk vagina.
C. Komponen tablet
1. Zat aktif, harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2. Bahan excipient / bahan tambahan
a. Bahan
pengisi (diulent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah
dicetak atau dibuat. Contoh : laktosa, pati, kalsium fosfat base dan
selulosa mikrokristal.
b. Bahan
pengikat (binder) berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya
gom akasia, gelatin, sukrosa, providon, metil selulosa, cmc, pasta pati
terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
c. Bahan
penghancur / pengembang (desintegran) berfungsi membantu hancurnya
tablet setelah ditelan. Misaknya pati, pati dan selulosa yang
termodifikasi secara kimia, asam alginat.
d. Bahan
pelicin (lubrikan / lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama
proses pengempaan tablet dan juga untuk mencegah massa tablet melekat
pada cetakan. Misalnya asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan
talk.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk, misalnya silika pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent)
3. Ajuvans
a. Bahan pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.
b. Bahan
pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak, biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama
dimulut.
D. CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)
adalah pedoman dasar dalam pembuatan obat yang menyangkut seluruh aspek dalam produksi dan pengendalian mutu.
Yang
dimaksud pengawasan dan pengendalian yang menyeluruh yaitu pengawasan
yang dilakukan sejak pengadaan bahan awal, proses pembuatan obat hingga
menjadi obat jadi termasuk juga pengawasan terhadap bangunan, peralatan
yang digunakan, personalia yang membuat obat, higiene dan sanitasi.
Aspek - aspek CPOB adalah :
1. Personalia
2. Bangunan dan lingkungan kerja
3. Sanitasi
4. Peralatan
5. Bahan awal
6. Produksi
7. Pengawasan mutu
8. Dokumentasi
9. Inspeksi diri
10. Penanganan terhadap hasil pengamatan, keluhan dan penilaian kembali obat jadi.
Cara pembuatan tablet
Bahan
obat dan zat - zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak dapat langsung
dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan ambyar dan
mudah pecah.
Tujuan granulasi :
1. Supaya
sifat alirannya baik (free flowing) granul dengan volume tertentu dapat
mengalir teratur jumlah yang sama kedalam mesin pencetak tablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama.
3. Pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stampel (punch) dan mudah lepas dari matris (die).
Cara pembuatan tablet dibagi 3 cara, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung.
Granulasi basah
Dilakukan
dengan mencampur sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan bahan
pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna, setelah itu diayak menjadi
granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40° - 50° C
(tidak lebih dari 60° C).
Granulasi kering / slugging / pre compression
Dilakukan
dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur,
bila perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin menjadi massa serbuk
yang homogen, lalu dikempa cetak tekanan tinggi, sehingga menjadi
tablet besar yang disebut slugs.
Cetak / kempa langsung, dilakukan apabila :
1. Jumlah zat khasiat pertabletnya cukup untuk dicetak.
2. Zat khasiatnya mempunyai sifat alis yang baik.
3. Zat khasiatnya berbentuk kristal yang bersifat free-flowing.
E. Macam - macam kerusakan pada pembuatan tablet
1. Binding : kerusakan tablet yang disebabkan massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.
2. Sticking
/ picking : pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah yang
disebabkan permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat
pelicin kurang, massanya basah.
3. Whiskering
: terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan, terjadi
pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.
4. Spliting / caping
Spliting : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
Caping : membelahnya tablet dibagian atasnya.
5. Motling : terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
6. Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh.
Syarat Tablet menurut FI edisi III & FI edisi IV
Prosedur ini dilakukan dalam
IPC (In Process Control) pada pembuatan tablet. IPC adalah pengujian yang
dilakukan selama proses produksi dalam industri farmasi. Pengujian yang
dilakukan adalah:
1.
Keseragaman ukuran (FI ed. III)
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 kali tebalnya tablet.
2.
Keseragaman Bobot (FI ed III) dan Keseragaman sediaan
(FI ed. IV)
·
Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut (FI ed.
III):
a.
Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobit rata-ratanya
b.
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2
tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom “A” dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom “B”.
c.
Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak
boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata-rata yang ditetapkan dalam kolom “A” maupun kolom “B”.
Tablet
1.1: Syarat keseragaman bobot tablet
Bobot
rata-rata tablet
|
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
|
|
A
|
B
|
|
< 25mg
|
15
|
30
|
26 - 150 mg
|
10
|
20
|
151 - 300 mg
|
7,5
|
15
|
>300 mg
|
5
|
10
|
·
Keseragaman Sediaan
Keseragaman
sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman
bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan keseragaman bobot dilakukan
terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50%
atau lebih dari bobot satuan sediaan. Keseragaman bobot bukan merupakan
indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian
kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula.
Oleh karena
itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung
zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot
sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya
dilakukan pada tiap tablet. (FI ed. IV)
3.
Waktu Hancur dan Disolusi (FI ed. III dan FI ed. IV)
Gambar 1.1 : Desintegration Tester
Alat untuk menguji waktu hancur adalah Desintegration
Tester. Cara kerjanya:
Memasukkan 5 tablet (menurut FI ed. III) atau 6 tablet
(menurut FI ed. IV) ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur
30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang
tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali
dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit
untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian
menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi menggunakan 5 tablet dengan
cakram penuntun. Dengan pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas.
Waktu hancur tablet salut enterik
Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut
cara tersebut di atas, air diganti dengan lebih kurang 250 ml asam klorida
(HCl) 0.06 N.
Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut
kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera tablet dengan air. Ganti
larutan asam dengan larutan dapar pH 6,8 atur suhu antara 36° dan 38°, celupkan
keranjang ke dalam larutan tersebut.
Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kasa kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram penutun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi syarat diatas.
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan melalui mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda.
Kecuali dinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada waktu hancur tablet, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet bukal tidak lebih dari 4 jam.
Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kasa kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram penutun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi syarat diatas.
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan melalui mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda.
Kecuali dinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada waktu hancur tablet, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet bukal tidak lebih dari 4 jam.
4. Kekerasan Tablet (FI ed. III)
Gambar 1.2 : Hardness Tester
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui
kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet
ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur
tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah Hardness
tester atau dengan tiga jari tangan.
5.
Keregasan Tablet (Friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah
tablet diguncang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama
pada waktu tablet akan dilapis (coating). Alat yang digunakan disebut
Friability tester.
Gambar 1.3 : Friability Tester
Caranya:
·
Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian
ditimbang (W1 gram)
·
Masukkan tablet ke dalam alat
·
Putar alat tersebut selama 4 menit (kecepatan 20
rpm)
·
Keluarkan tablet, bersihkan dari debu, dan
ditimbang (W2 gram)
·
Kerapuhan tablet yang didapat adalah W1 - W2 / W1 x 100%
·
Batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimal 0,8%
Komentar
Posting Komentar